Cita - Cita (My Dreams Throughout Childhood)

Januari 12, 2011

How Far is Far?, Ward Brackett, 1964

Dulu kupikir aku orang yang gak bakal kesulitan buat nentuin cita-cita. Tapi seiring berjalannya waktu, aku dapet berbagai macam pengetahuan dan pelajaran, hal-hal menarik, hal-hal mengasyikkan, pengalaman buruk, etcetera. Dan ternyata pendapatku salah.

Waktu TK aku pingin jadi guru. Tapi ternyata itu cuma bertahan sampe SD kelas 1. Aku mbayangin diriku yang kadang suka marah-marah ama adekku, berhadapan ama murid-muridku nanti. Kalo kayak gitu, kasian merekanya.

Waktu kelas 4 SD, aku terobsesi jadi penulis. Suatu saat nanti bakal jadi penulis terkenal dan buku-bukuku tertampang di kaca depan Gramedia. Aku udah bikin beberapa cerita, tapi gak ada satu pun yang tamat.

Dan selama kelas 6 dan 7 perhatianku terbagi ke ujian dan cara mempertahankan nilai dengan materi pelajaran yang sama sekali g aku pahami.

Di kelas 8, aku seneng banget ama yang namanya arsitektur. Sampe berkali-kali pinjem buku arsitektur di perpus kota. Sampe bikin denah rumah segala. Sampe pingin banget ngerombak rumah terus bangun lagi yang lebih keren. Sampe punya desain detail kamar impianku. Sampe berjam-jam di depan komputer download-in gambar-gambar interior. Niatnya pingin masuk jurusan arsitektur, tapi buru-buru mundur melihat biayanya yang mahal.

Dan kelas 9 ini perhatianku teralih pada musik dan menulis (lagi). I love music. Ingin suatu hari ini aku jadi salah satu pelaku musik. Aku pingin belajar lebih jauh soal apa aja. Aku pingin, sekali aja berdiri di panggung konser, biarpun kosong. Tapi kayaknya juga harus kandas kalo ngeliat mukaku yang pasaran. Kekeke~

Dan akhir-akhir ini aku lumayan aktif nulis lagi. Sebenarnya ini FF sih. Jadi mungkin ga bisa dipublish di penerbit.

Di tahun terakhirku di SMP ini, aku jadi mikir soal pendidikan mana yang bakal kuambil nantinya. Tapi aku ga punya pathokan karena aku belum nentuin cita-citaku. Aku alhamdulillah diberi kelebihan oleh Allah, tapi aku g tahu harus milih yang mana, karena aku mau kedua-duanya. Serakah ya? Itulah manusia.

Dan di  satu sisi, aku terlalu malu dan gak PD akan apa yang aku miliki. Aku udah mati rasa duluan sebelum aku naik panggung. Aku ragu ngepublish ff ku karena takut klo misalnya nanti aku dapet kesan buruk atau di-bashing ama readers.


Intinya, aku gak berani memilih sesuatu karena aku takut akan apa yang bakal kuhadapi nantinya.
Kalau kalian bilang aku pengecut, silahkan. Emang bener. Aku sadar kalo aku itu udah kalah sebelum maju perang.

Tapi aku harus belajar untuk menyadari bahwa segala hal ada resikonya. Gak mungkin gak ada. Dan aku harus memaksa diriku maju dan melangkah. Aku harus berani gagal dan terpuruk. Karena kalau semua hal berjalan dengan mulus, kita gak dapet hikmah apa-apa.

Aku tahu Allah lihat aku nulis postingan ini. Aku tahu Allah selalu mengerti apa yang aku pikirkan dan inginkan. Dan aku tahu kalau kita berdo'a, niscaya Allah akan mengabulkan.


Maka, aku berdo'a, ya Allah, berilah aku keyakinan untuk memilih jalan hidupku. Yang nantinya akan mengisi hari-hariku dan tentunya akan menafkahi keluargaku. Pilihkanlah jalan yang terbaik. Tak apa jika harus berkelok-kelok asalkan aku sampai di tempat tujuan. Tak apa jika harus terjatuh berkali-kali asal nantinya aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Maka jangan tinggalkan aku hambaMu yang penuh dengan kekurangan ini. Karena hanya Engkaulah yang bisa melakukan segalanya.

Ya Allah, kabulkanlah do'a-do'aku. Amin.

Friends, mari kita berpikir masak-masak untuk hal yang satu ini. Karena kalau kita salah pilih, kita akan menyesal dikemudian hari. First clue, do what we wanna do.

Well, do'ain aku ya biar aku bisa milih cita-cita yang emang aku inginkan. And last, selamat merenung, ^^

You Might Also Like

0 comment

Subscribe