[MOVIE REVIEW] Midnight Runners (2017)

Juni 29, 2022

Saya sudah lama nonton film ini, barangkali sekitar tahun 2018 atau 2019. Waktu itu saya penasaran dengan kemistri antara Park Seojun dengan Kang Haneul yang digambarkan konyol dalam trailernya. Sesuai judul aslinya, “청년경찰” (Young Cop), filmnya sendiri bercerita tentang dua orang taruna akademi polisi, Kijoon (Park Seojun) dan Heeyeol (Kang Haneul) yang menyaksikan aksi penculikan saat mereka sedang berlibur di luar kampus. Merasa tidak bisa tinggal diam, malam itu mereka pun berusaha mengejar pelaku dan menyelamatkan korban menggunakan ilmu yang telah mereka pelajari di akademi, walau konsekuensinya terlambat kembali ke asrama. Di sinilah judul versi Inggris, “Midnight Runners” menjadi relevan.

Film ini menggambarkan bagaimana para pelajar mencoba mengaplikasikan hal telah mereka pelajari di sekolah dalam situasi nyata. Apakah selalu berhasil? Kadang iya, kadang tidak. Ada gap antara pendidikan profesi dengan realita di lapangan. Di satu sisi mereka memang masih berstatus siswa dan perlu lebih banyak latihan sebelum terjun menangani kasus. Ada kegamangan antara kepedulian kepada masyarakat dan masih kurangnya kapasitas diri, serta pertanyaan terkait legalitas profesi. Saya rasa, siapa pun yang pernah menempuh pendidikan dengan orientasi profesi pasti pernah merasakan hal ini, sekalipun bukan pendidikan polisi.

Publik terbiasa mengetahui aksi kejahatan dari berita viral di tv atau media sosial, para taruna juga belajar berbagai kasus dari kelas. Namun, nyatanya banyak kejahatan dimulai dari lingkungan terkecil dan muncul dalam keseharian. Diperlukan kejelian untuk melihat kejanggalan yang terjadi di tengah masyarakat dan bertindak sesuai kemampuan. Hal itu yang coba dilakukan Kijoon dan Heeyeol di film ini.

*Spoiler Alert*

Menariknya film ini, dalam situasi genting, masih ada selipan-selipan komedi dari sikap konyol tokoh-tokoh utama kita saat akhirnya mempraktikkan berbagai teori dan strategi penyidikan. Namun, pembuat film dengan tepat menggeser nuansa menjadi mencekam ketika mereka tersadar bahwa persoalan yang sedang menghadapi amatlah serius. Penggambaran kejahatan eksploitasi wanita dan perdagangan telur ovari yang keji berhasil membuat penonton tegang sekaligus menarik simpati atas hal yang menimpa wanita-wanita malang ini.

Sayangnya tensi menurun ketika terdapat jeda yang cukup panjang antara sekuen penemuan markas gembong hingga penyergapan. Selain itu, nuansa mencekam yang didapat dari markas lama yang berupa bangunan tua nan gelap tidak bisa bertahan ketika penyergapan justru terjadi di sebuah rumah sakit yang bersih dan terang dengan para korban yang ditidurkan di atas ranjang dengan baju bersih. Klimaks film ini jadi terasa tidak maksimal karena kekurangan dalam logika setting ini.

Meski demikian, Midnight Runners adalah usaha yang baik dalam menghadirkan topik crime dengan pendekatan yang berbeda yang menghibur tetapi juga tetap realistis.

You Might Also Like

0 comment

Subscribe