[DRAMA REVIEW] Welcome to Wedding Hell (2022) - Actually a Wedding Playbook

Juni 29, 2022

Dibintangi oleh Lee Jinuk dan Lee Younghee, Welcome to Wedding Hell memiliki premis yang amat sederhana, yakni menceritakan lika-liku proses persiapkan pernikahan antara Seo Junhyeong (36) dan Kim Naeun (32) yang telah berpacaran selama dua tahun.

Tayang sebagai web-drama di KakaoTV, durasi drama ini cenderung singkat, yaitu 40 menit untuk tiap episodenya dengan total 12 episode. Setiap episodenya menceritakan fase tertentu, dari proses melamar, pertemuan antara dua keluarga, mempersiapkan acara pernikahan itu sendiri, membicarakan kondisi finansial, mencari rumah baru, dan sebagainya. Menonton drama ini rasanya lebih seperti membaca buku panduan menikah, tetapi dengan studi kasus nyata dalam konteks masyarakat Korea.

Di awal cerita, kemistri romantis antara kedua tokoh utama kita terasa datar-datar saja. Kerangka utama cerita juga bisa ditebak karena saya sudah terbiasa melihat isu pernikahan di film atau drama lain. Namun, setiap persoalan berhasil disajikan dengan runtut dan personal untuk tiap tokohnya. Kita dibawa menyelami keraguan-keraguan yang dialami Junhyeong dan Naeun terhadap perbedaan di antara mereka. Kemistri justru terbentuk ketika keduanya saling mengendap-endap, maju mundur untuk memperjuangkan pendapat pribadi terkait pernikahan mereka sembari berusaha menjaga perasaan satu sama lain. Setiap tahap dengan manis dianalogikan dengan permainan baseball yang membantu penonton memahami situasi yang terjadi.

Beberapa isu sensitif berhasil diangkat dengan cukup baik, seperti kondisi keuangan antarpasangan, perbedaan strata sosial antara kedua keluarga, dan hubungan dengan calon mertua yang rumit. Drama ini berhasil menggambarkan konflik interest antara dua keluarga dengan baik tanpa membuat karakter-karakternya terlihat jahat. Drama ini juga cukup humble dalam memberikan contoh kasus paling sederhana dengan menghadirkan dua tokoh utama yang sama-sama sudah mapan dan sama-sama anak tunggal untuk dieksekusi dalam waktu singkat. Akan lebih kompleks lagi bila ada ketimpangan finansial yang besar antara keduanya, atau bila mereka memiliki kakak atau adik, mengingat kultur Korea menaruh perhatian tinggi pada hirarki gender dan usia.

Perspektif anak muda terhadap pernikahan yang dihadirkan dalam drama ini menjadi semakin lengkap dengan adanya dua side character dari sisi wanita, yakni teman-teman kantor Naeun: Choi Huiseon yang lebih tua, pernah menikah tetapi kemudian bercerai, dan Lee Suyeon yang lebih muda dan belum memiliki pasangan. Mereka selalu berbagi pendapat setiap timbul masalah selama persiapan pernikahan, tentang ekspektasi umum dan juga realita dari orang yang pernah gagal menjalaninya. Sudut pandang pria awalnya absen, tetapi perlahan dibangun juga lewat perbincangan antara Junhyeong, sahabatnya Jang Minwoo, dan senior-senior mereka di perusahaan—walau seringkali terkesan konyol untuk menggambarkan betapa clueless-nya laki-laki dalam menebak keinginan para wanita.

Drama ini barangkali bisa menjadi pedoman dasar yang baik untuk memberikan gambaran kompleksitas pernikahan kepada generasi muda Korea saat ini yang cenderung mengejar karir dan enggan menikah sebagai imbas dari berbagai permasalahan ekonomi dan sosial. Tidak untuk menakut-nakuti, tetapi justru ingin memberi tahu bahwa meskipun sulit, dengan bersama semua bisa dilalui.

You Might Also Like

0 comment

Subscribe