One BIG Step Toward My Dream
Maret 01, 2014I've applied for ITB.
Ini adalah keputusan yang cukup sulit kuambil, meskipun ITB sudah menjadi PTN impianku sejak dulu.
Keinginanku menjadi seorang arsitek sempat goyah karena pengaruh-pengaruh dari orang lain. Banyak yang bilang kalau profesi ini kurang menjanjikan dan lain sebagainya. Di samping itu, aku sempat galau karena kepincut dengan desain interior. Aku sempat berpikir untuk pindah haluan. Namun, kemudian, bapak bilang, "Kalau kamu ambil arsitektur, kamu bisa membantu lebih banyak orang ketimbang kalau kamu ambil desain interior,".
Mendengar itu, aku akhirnya mantap ambil arsitektur. Setiap kali aku goyah atau galau, aku selalu mengingatkan diriku kembali tentang betapa inginnya diriku untuk belajar membangun rumah dan betapa aku sangat menggemari hal-hal berbau arsitektur. Beruntung, aku memiliki teman-teman yang senantiasa memotivasiku dan mendukung pilihanku ini.
Setelah yakin dengan jurusan, kini giliran aku galau mengenai PTN. Awalnya aku harus mengurungkan niat untuk masuk ITB karena ibu menghendaki aku kuliah di Jogja yang dekat dari Magelang. Ibu khawatir tidak bisa membiayai kehidupanku di Bandung kalau aku kuliah di ITB. Beliau juga khawatir tidak bisa sering menjengukku lantaran jarak yang jauh dan biaya perjalanan yang mahal.
Tadinya aku kurang terima, tapi aku mulai memikirkan orang tuaku yang sudah berumur, keduanya telah berusia lebih dari setengah abad. Meninggalkan mereka untuk Bandung tentu menjadi hal yang berat nantinya bagiku. Dengan pemikiran itu, akhirnya aku bisa menerima keinginan ibu.
Namun, teman-temanku yang hendak mengambil jurusan yang sama denganku cukup banyak untuk ukuran SNMPTN, 3 orang, dan mereka semua hendak mendaftar ke UGM juga. Ndilalah nilaiku paling tinggi di antara kami. Mereka pun membujuk dan menyarankanku untuk mendaftar ke ITB, sekaligus untuk memperbesar peluang mereka diterima di UGM.
Aku mengerti hati mereka yang galau karena takut tidak diterima bila kami berempat benar-benar mendaftar untuk jurusan yang sama. Maka, aku membujuk ibuku kembali. Ajaibnya, beliau melunak, meski terpaksa. Namun, setelah itu, gilliranku yang takut karena memikirkan segala hal yang mungkin terjadi kalau aku mendaftar untuk ITB. Kemungkinan tidak lolos lebih besar dari pada jika ku mendaftar untuk UGM. Kalau lolos, aku masih harus menjalani tahun pertama dengan mempelajari sains umum juga unjian penjurusan. Kalau tidak lolos lagi, aku harus menjalani tahun-tahun selaknjutnya dengan belajar planologi yang jelas-jelas berbeda dengan arsitektur. Semua itu jauh lebih ribet dan menakutkan dari pada jika aku mendaftar untuk UGM.
Namun, keinginan untuk menuntut ilmu di ITB masih kuat, dan beruntung aku punya mas tiri yang baik hati. Beliau memotivasiku dan bersedia membiayai sekolahku juga kehidupanku di Bandung . Orang tuaku pun akhirnya setuju aku mendaftar ke ITB. Alhamdulillah.
Malam tadi, meski dengan ketakutan yang besar, aku mendaftarkan diri ke ITB di jalur SNMPTN, tanpa pilihan kedua. Aku nekat mantep-mantepan. Semoga keterima. Kalau tidak keterima, aku akan ikut SBMPTN dan mendaftar untuk UGM dan UNDIP.
Hah, bismillah.
Aku mohon doa kalian semua. Semoga aku mendapatkan semua yang terbaik untukku.
Amin.
Terima kasih, kawan :)
0 comment