[DRAMA REVIEW] Prison Playbook (2017)
Maret 07, 2018Hidupku tidak akan berakhir di sini… kan? |
SINOPSIS
Kim Je-Hyeok, seorang atlet baseball berbakat dan ternama di Korea
Selatan, harus membatalkan kontrak dengan tim liga utama di Amerika setelah ia
menyerang seseorang yang hendak memperkosa adik perempuannya. Ia divonis satu
tahun penjara atas tuduhan penggunaan kekerasan berlebih. Mau tak mau, Je-Hyeok
harus hidup terisolasi dari dunia luar, bersama dengan berbagai macam
narapidana dan sipir di Lapas Seobu. Di sana, Kim Je-Hyeok dipertemukan kembali
dengan Lee Joon-Ho, teman baseballnya sewaktu muda yang harus mengubur
impiannya sebagai atlet karena sebuah kecelakaan, dan kini memilih profesi
sebagai seorang sipir.
Judul asli: 슬기로운
감빵생활 (Seulgirowoon Gambbangsaenghwal) / Wise Prison Life
Sutradara: Shin Won-Ho
Penulis naskah: Jung Bo-Hoon
Pemeran: Park Hae-Soo, Jung Kyung-Ho,
Stasiun TV: tvN
Tanggal rilis : 22 November, 2017 - 18 Januari 2018
Bahasa: Korea
Genre: Dark Comedy
Jika suatu hari kamu bertemu seorang mantan narapidana, apakah kamu yakin bisa bersikap baik padanya?
PENUTURAN CERITA
Sempat vakum menonton drama
Korea selama satu semester, saya kembali nyemplung ke dunia ini dengan
dirilisnya drama Prison Playbook. Alasan utama yang membuat saya tertarik dengan
drama ini adalah latarnya, yaitu penjara,
kontras dengan drama-drama romansa yang ditayangkan beriringan dengannya.
Lebih-lebih dengan genre dark
comedy, drama ini menjadi sajian segar dibanding produksi berlatar
serupa lainnya yang menampilkan penjara sebagai tempat yang menyeramkan dan
penuh kekerasan.
Disutradarai oleh Shin Won-Ho, Prison Playbook menjadi
drama yang cukup menjanjikan. Sebelumnya ia telah menyutradai serial drama
bergenre coming-of-age comedy, Reply
(Reply 1997 (tvN, 2012), Reply 1994 (tvN, 2013), Reply 1988 (tvN, 2015)), sebuah
rangkaian produksi televisi yang epik dan berhasil memenangkan berbagai macam
penghargaan di tingkat nasional dan Asia. Beberapa aktor yang pernah berperan
di Serial Reply juga terlihat berperan lagi di Prison Playbook.
Seperti Serial Reply, storytelling
Prison Playbook mengadaptasi cara
manusia membangun persepsi terhadap orang lain, yaitu persepsi yang terbatas
oleh informasi yang diterima oleh inderanya, seperti saat kita baru pertama
kali bertemu seseorang. Seiring dengan jalannya cerita, perlahan kita diajak
untuk lebih mengenal karakter-karakter yang ada, benar-benar pelan hingga
persepsi kita terhadapnya nyaris matang untuk kemudian dibantai dengan
munculnya informasi baru yang bertolak belakang. A plot twist. Dalam kasus Prison Playbook, gaya storytelling ini
memberikan efek plot twist yang lebih
kuat karena tokoh-tokohnya merupakan narapidana atau oknum sipir yang sangat
mudah untuk kita suudzani. Efek plot twist menghujani drama ini dari
awal hingga akhir, dengan kadar yang bervariasi dapat mengundang kekaguman,
juga gelak tawa hingga tangis. Jangan terkecoh setelah melihat poster publikasi
drama ini. Mereka sudah mencoba “membodohimu” bahkan sebelum kamu mulai menonton
dramanya.
Terlepas dari adanya plot twist, karakter-karakter di drama
ini sendiri sudah cukup menarik untuk dikupas. Kim Je-Hyeok (diperankan oleh Park Hae-Soo), tokoh utama drama ini
adalah seorang jenius di lapangan baseball, tetapi sangat ceroboh dan terkesan
dungu di kesehariannya. Di sisi lain, ia sampai hati menyakiti orang lain
hingga membuat dirinya bermuara di penjara. Setiap karakter digambarkan
memiliki kombinasi sifat dan fakta yang saling kontradiktif, seperti halnya; Doctor Go / Go Baksa (diperankan oleh
Jung Min-Sung) yang rajin membuat petisi untuk memperjuangkan hak-hak
narapidana, ternyata dijebloskan ke penjara atas tuduhan menggelapkan uang
sebesar sepuluh miliar won (128 triliun rupiah) di perusahaan tempatnya bekerja
sebagai seorang manajer; Kim Min-Cheol
(diperankan oleh Choi Moon-Sung) seorang mantan gangster yang divonis penjara
seumur hidup atas tindakan pembunuhan, di dekade ketiganya sebagai narapidana
ia menjadi role model dan “ayah” bagi
narapidana lainnya; KAIST / Kang
Chool-Do (diperankan oleh Park Ho-San) seorang insinyur yang dihukum atas
tindakan penipuan, berlagak paling jantan dan paling menyeramkan, tapi tidak
bisa mengucapkan huruf “s” dan “j” dengan benar, alias cadel; Yoo Han-Yang / Looney (diperankan oleh
Lee Kyu-Hyung), seorang pecandu narkoba yang hampir tidak pernah dalam kondisi
“sadar”, meyakini bahwa pacarnyalah yang telah melaporkannya ke polisi; dan
masih banyak karakter lain yang menambah dinamika drama ini.
Perpaduan karakter dan gaya storytelling yang saya sampaikan
sebelumnya dengan tajam mengajak kita menghayati pepatah “Don’t judge a book by its cover.” Tim produksi dengan telaten
mengurai motif setiap tokohnya, merajut hubungan antartokoh, dan mendorong kita
membangun keterikatan dengan mereka. Setiap tokoh mampu tampil humanis,
menembus paradigma dan setereotip kita terhadap kehidupan di dalam penjara. Tim
produksi juga berhasil menunjukkan nilai penting setiap tokoh, bahkan tokoh
dengan screen time paling sedikit
sekalipun. Hal ini terbilang luar biasa, mengingat jumlah karakter di drama ini
yang melebihi jumlah rata-rata.
REALITA KEHIDUPAN DI PENJARA
Seseorang penulis review drama
yang pernah bekerja di bidang ini[1] menuliskan bahwa penggambaran
penjara dalam Prison Playbook cukup sesuai dengan realita yang ada di lapangan. Dalam drama ini, ditampilkan beberapa oknum sipir yang korupsi, atau memeras narapidananya, atau
membangun hubungan mutualisme dengan napi preman. Napi preman seperti halnya
oknum sipir, tak jauh beda tingkahnya. Ia digambarkan pula sering melakukan
kekerasan atau bullying terhadap narapidana lain. Ia juga yang biasanya
memimpin transaksi-transaksi ilegal di dalam penjara.
Realita negatif tersebut dalam
drama ini dijalin lembut dalam komedi. Saya tidak menyangka akan tertawa
melihat ulah KAIST dan istrinya mencoba menyelundupkan rokok ke dalam penjara,
atau Hanyang yang terus-terusan meminta obat demam ke klinik sebagai pengganti
narkoba yang biasa dikonsumsinya, atau setiap kali mereka mencoba untuk
menyembunyikan benda-benda ilegal di dalam sel mereka.
Hidup di Lapas Seobu memang banyak
batasannya. Boro-boro smartphone,
menelpon saja dijatah. Kunjungan tatap muka juga hanya diberi waktu sepuluh
menit. Hiburan? Ada televisi di dalam sel, tapi salurannya tidak bisa diubah
sesuka hati. Meski begitu, saya rasa batasan-batasan tersebut malah membuat
kehidupan narapidana-narapida ini lebih produktif. Mereka diikutsertakan dalam
kelas-kelas keterampilan, seperti pertukangan kayu, berkebun, bahkan bahasa
inggris. Beberapa narapidana di drama ini juga digambarkan menggunakan waktu
luang mereka untuk membaca. Lucu, saya justru merasa iri atas kesederhanaan
hidup yang mereka jalani. Kesederhanaan ini menjadikan kegiatan sesepele
sarapan menjadi menarik untuk diikuti setiap hari.
KRITIK TERHADAP ISU GLOBAL
Seperti yang telah saya
singgung sebelumnya mengenai kesederhanaan hidup di dalam penjara, drama ini
mencoba memberikan kritik terhadap kehidupan manusia masa kini yang penuh
dengan keinginan dan tuntutan. Merujuk pada buku yang belum lama saya ulas, “The
Book of Forbidden Feelings”, seringkali kita membiarkan diri kita tenggelam dalam ekspektasi
orang lain yang sesungguhnya kita ciptakan sendiri. Kim Je-Hyeok di
drama ini dikisahkan sempat merasa sangat khawatir dengan apa yang akan
dikatakan oleh seantero negeri apabila performanya sebagai atlet tidak bisa
sebaik sebelum ia dipenjara. Kekhawatiran tersebut, sedikit banyak terbangun atas pemberitaan media. Sementara, peran media di drama ini digambarkan berada
dalam kondisi labil antara menyampaikan fakta atau sebenarnya mengejar sensasi.
Dalam aspek lain, ketika
beberapa drama berharap dapat menciptakan tren fashion lewat pakaian yang dikenakan oleh tokoh-tokoh mereka,
Prison Playbook bergerak jauh dari intensi itu dengan kostum seragam napinya
yang kusam dan seragam sipirnya yang sangat formal. Tokoh-tokoh wanitanya juga
tampil sederhana tanpa riasan yang berlebihan. Tidak ada gaya berpenampilan
yang sangat menonjol di drama ini, tentu karena ada hal lain yang lebih penting untuk ditonjolkan, yakni soal bagaimana kita menghargai orang lain, senantiasa berbuat baik,
dan kemampuan untuk memaafkan diri sendiri.
Ada beberapa hal yang
dijadikan media refleksi diri tokoh-tokoh dalam drama ini, misalnya pengalaman
pahit di masa lalu, keluarga, dan juga agama. Cukup kaget saya ketika Al-Qur’an
sempat disebut dan ditampilkan dalam drama ini. Bahkan Kim Je-Hyeok sempat
mengucapkan sepotong ayat Al-Qur'an tentang pentingnya menjaga hawa nafsu. Hal ini sangat
menarik mengingat sebagian masyarakat Korea masih mengalamai Islamic-phobia. Di
sisi lain, drama ini juga menampilkan fenomena LGBT disertai pertentangan
terhadapnya. Sebelumnya, sutradara Shin Won-Ho pernah menampilkan
fenomena serupa di Serial Reply pertama, Reply 1997. Entahlah, sepertinya
beliau ingin menebarkan perdamaian lewat dramanya, meskipun dalam perspektif
saya kedua hal tersebut tidak bisa disandingkan.
PRODUKSI SINEMATIK
Seperti sebagian besar drama
tvN, Prison Playbook punya gaya sinematik yang kuat dalam kemasannya. Setiap
scene digarap dengan penuh pertimbangan, dari warna, komposisi, kedalaman
gambar, hingga pencahayaannya. Pada posproduksi, setiap adegan kemudian dipoles
dengan color grading yang lembut, dan tidak ada yang mengalahkan efek sinematik
dari horizontal frame cropping.
Hahaha.
Teknik cropping ini kemudian
dimanfaatkan untuk menunjukkan latar waktu. Uniknya, format full-frame yang
biasa digunakan untuk menunjukkan latar masa sekarang justru digunakan untuk menggambarkan
scene dari masa lampau. Uniknya lagi, untuk scene dengan latar tahun 1990-an,
mereka menggunakan cropping dan pemampatan gambar secara vertikal khas masa itu.
[Flashback] Go Baksa saat sedang minum-minum dengan bos perusahaannya. |
[Flashback] Kim Min-Cheol saat ditangkap polisi pada tahun 1995. |
Terkait peran, yang membuat
drama ini terasa sangat oh-wow adalah karena aktor-aktornya memerankan karakter
yang sangat berbeda dibanding tokoh-tokoh yang pernah mereka perankan
sebelumnya. Ada juga aktor-aktor yang kurang dikenal akhirnya mendapat
kesempatan untuk menunjukkan bakat beraktingnya. Berapa karakter penting juga
tercatat diperankan oleh aktor yang baru terjun ke profesi ini.
Kalau membicarakan drama,
belum lengkap rasanya kalau belum membahas soundtracknya.
Sepanjang pengalaman saya menyelami dunia perdramaan, Prison Playbook
sepertinya bisa disebut sebagai drama Korea dengan dominasi musik rap
tertinggi. Tampaknya kehidupan di dalam penjara sangat cocok untuk
diekspresikan oleh musik hip-hop dan rap Korea yang sarat kejujuran dan
keberanian dalam membela pendapat pribadi. Dari sepuluh soundtrack, enam lagu mengandung rap dan empat di antaranya
bergenre hip-hop. Lima kontestan ajang bakat rap ternama di Korea “Show Me the
Money” tercatat mengisi soundtrack drama ini, di antaranya Kim Min-Jae,
Hangzoo, Mino, Woo Won-Jae, dan BewhY. Selain itu, ZICO, GRAY, dan WOOGIE yang merupakan
produser musik hip-hop populer di Korea juga turut berkontribusi dalam pembuatan lagu-lagu tersebut. Hal ini bagi
saya merupakan fenomena yang sangat unik lantaran musik hip-hop dan rap selama
ini telah memiliki pasarnya tersendiri, yang jelas bukan dalam mainstream k-pop
dan sangat kecil kemungkinannya masuk ke industri soundtrack drama. Apalagi dengan seniman-seniman yang saya sebutkan
tadi sebagai pelakunya, terutama Woo Won-Jae (Runner-Up Kedua SMTM 6) yang punya
aura supergelap. Nyatanya, aura tersebut secara tepat dapat
menggambarkan hari-hari terburuk Kim Je-Hyeok di Lapas Seobu.
EPILOG
Jujur, sebenarnya sangat
banyak hal yang ingin saya ceritakan soal drama ini. Namun, saya juga sangat
berhati-hati agar ulasan ini tidak berubah menjadi sebuah spoiler. Banyak hal
menarik di drama ini yang pastinya harus kalian tonton dan alami sendiri.
Satu hal lagi yang dapat saya
bagi dengan kalian; dengan menonton drama ini saya terpantik untuk melakukan
refleksi terhadap diri saya sendiri, terutama mengenai bagaimana saya memandang
segala hal di luar diri saya. Di lingkungan sekitar saja, sangat sulit untuk
menjaga persepsi dan sikap baik terhadap orang lain, apalagi dengan seorang
narapidana. Drama ini memang berhasil memberikan pandangan baru terhadap
mereka, tetapi bagaimana aktualisasi sikap kita terhadap pandangan baru
tersebut sepertinya masih akan menjadi PR pribadi masing-masing.
Salah satunya mungkin dengan mencari tahu terlebih dulu realita
hukum dan kehidupan penjara di Indonesia. Namun, mari kita simpan ide ini untuk
bahasan selanjutnya :)
Akhirnya, saya mengucapkan selamat menonton Prison
Playbook untuk kamu yang belum menontonnya. Setelah kamu menamatkannya, coba tanyakan
pada dirimu sendiri, “Jika suatu hari kamu bertemu seorang mantan narapidana,
apakah kamu yakin bisa bersikap baik padanya?”
Yogyakarta, 7 Maret 2018
Studio Desain Arsitektur UGM
yang diguyur hujan sehingga membuat malas pulang
3 comment
penjaranya rapi dan bersih tho wkwkwk
BalasHapusiya :")
Hapuskalau dibandingin sama di Indonesia njeglek
terima kasih sudah mampir dan membaca ^^
ya Allah, desta :0
Hapus