#nowplaying Maret 2018 ini ditulis setelah [REINTERPRETATION] #nowplaying dirilis. Apabila kamu belum membacanya, silakan mampir dulu ke
entri tersebut supaya kamu lebih bisa memaknai tulisan saya di bawah ini.
Bulan Maret adalah bulan di mana saya mulai masuk ke tahap kedua
dari Tugas Akhir saya. Setelah pada bulan Januari saya berkutat dengan naskah
praTA, kini giliran saya mulai nongkrong di studio tugas akhir dan membuat
berbagai macam gambar untuk tahap transformasi desain. Lagu-lagu ini nih yang
menemani saya wira-wiri di dalam studio, menghalau noise dari kawan-kawan
seangkatan yang cukup ambis ingin segera lulus sampai studio penuh dan ramai layaknya pasar, wkwk.
#nct #nctdream #go #nctdreamgo #nct2018empathy #minseo #민서 #thegranddreams #멋진꿈 #Jhope #daydream #sunwoojunga #선우정아 #fine #남 #payungteduh #ruangtunggu #kerinduan
NCT DREAM – “GO”
Artist:
NCT DREAM (엔시티
드림)
Title: GO
Title: GO
Album:
NCT 2018 EMPATHY
Released:
March 14th 2018
Genre:
Rap/HipHop
Label:
SM Entertainment
Composer: The Stereotypes, Tiffany Fred,
Sophiya (소피야), Distract, Yoo Yeong Jin (유영진)
Arranger: The Stereotypes
Lyrics: Hwang Yu Bin (황유빈), Ji Ye Weon (지예원), MARK (마크)
Composer: The Stereotypes, Tiffany Fred,
Sophiya (소피야), Distract, Yoo Yeong Jin (유영진)
Arranger: The Stereotypes
Lyrics: Hwang Yu Bin (황유빈), Ji Ye Weon (지예원), MARK (마크)
NCT is making a comeback. Besar-besaran. Like,
BESAR-BESARAN. Sejak awal tahun SM sudah membombardir fans dengan dua video
yearbook superwow yang menunjukkan delapan belas anggota NCT yang akan aktif
tahun ini. Pada bulan Februari, SM mulai merilis video musik pertama mereka,
NCT U “BOSS” diikuti NCT U “Baby Don’t Stop”, lalu NCT DREAM “GO”, NCT 127
“Touch”, dan NCT U “Yestoday”. Hingga detik ini, sudah terdapat lima musik
video dari enam yang dijanjikan.
Personally, saya excited dengan comeback ini. Bisa
dibilang saya sudah ngikutin NCT dari awal mereka debut meskipun tidak begitu
intens. Saya tertarik dengan konsep membership NCT yang tidak terbatas, begitu
pula dengan pasar negara yang ditargetkan. Sayang, sejauh ini NCT tampaknya
belum mendapatkan spotlight yang seharusnya bisa mereka dapatkan. Soal
manajemen anggota juga tidak ada rata-ratanya sama sekali, lebih cocok dibilang
“Taeyong, Mark, and the Group” ketimbang “NCT” saking jomplangnya line
distribution yang dibuat SM untuk mereka. Mungkin tiap anggota punya
perannya masing-masing di luar aspek vokal dan rap, tapi hipotesis tersebut
tidak pernah terwujud melihat anggota seperti Winwin yang direkrut karena
kapasitasnya sebagai penari tak lagi mendapat kesempatan yang pantas untuk
menunjukkan hal tersebut selepas single “Firetruck”.
SM Entertainment saya nilai telah berupaya lebih
baik dalam comeback kali ini, meskipun tidak bisa dipungkiri masih jomplang di
beberapa bagian. Dari semua single yang telah dirilis, menurut saya yang sangat
memuaskan adalah single dari NCT DREAM “GO”.
Sejak awal NCT DREAM debut, dedek-dedek emesh ini
(anak-anak kelahiran 1999-2002, the real milenial generation) secara konsisten
punya line distribution yang baik. Mark yang ditampilkan superdominan di NCT
127 bisa membaur dengan pas di DREAM, plus Haechan yang “disia-sia” di NCT 127
bisa mendapatkan porsi menyanyi yang pantas dia dapatkan di sini. Konsistensi
ini alhamdulillah berlanjut hingga single “GO”. Jisung yang diunggulkan dalam dance
juga mendapatkan center part dan screen time yang cukup untuk
itu, an semua menjadi lebih baik dengan kembalinya Jaemin setelah setahun
belakangan harus hiatus karena mengalami gangguan kesehatan pada punggungnya.
Yang menarik lagi dari “GO” adalah transformasi
yang dialami dedek-dedek emesh ini. Setelah sebelumnya selalu tampil dalam
konsep cute and playful (sesuai usia mereka), di “GO” mereka tampil
lebih dewasa dan garang. For sure, NCT 127 dan DREAM tukeran konsep,
wkwk. Transformasi DREAM jelas lebih mencengangkan cause they kinda surpass
their age. You know, for a 21 yo girl like me, it’s kinda weird to feel
seduced by high school boys, LOL. Namun, sangat menarik rasanya untuk
melihat mereka tumbuh dewasa. Semua member mampu tampil dengan originalitasnya
masing-masing.
Now let’s talk about the song itself. NCT sejak
awal sudah menarik perhatian saya dengan title track mereka yang bermakna
kritis. Kalau dipikir-dipikir, sebenarnya justru NCT DREAM yang pertama kali
mengusung tema romance lewat “Chewing Gum” dan “My First and Last”. Nah sejak
“We Young” dan “GO” mereka mulai mengikuti jejak kakak-kakaknya. “GO” jadi
favorit saya sejauh ini karena lirik kritisnya sederhana dan tidak banyak
kiasan seperti “The 7th Sense”. Jelas ini membuat “GO” lebih mudah
untuk dipahami. Meski pasar NCT DREAM adalah teenager, “GO” menurut saya
masih relevan untuk dikonsumsi orang seusia saya atau bahkan lebih tua
sebagaimana banyak dari kita juga hidup terombang-ambing di tengah arus
kehidupan. Personally, mendengarkan “GO” memberi saya semangat dan rasa
tertantang untuk memperbaiki kehidupan saya sendiri.
Oiya, mendengarkan musik “GO” sebenarnya
mengingatkan saya pada salah satu single F(x), “Red Light”. Electronic beatnya
mirip. Saya kira dua lagu ini dibuat oleh orang yang sama, ternyata beda, hehe.
Namun, kalau boleh membandingkan keduanya, “GO” punya menurut saya punya structure
dan unity yang lebih baik, tidak seperti “Red Light” yang lompatan
antara verse dan chorusnya terkesan sangat jauh (tipikal lagu-lagu
SM yang membuat saya bingung, wkwk). “GO” enak banget. Every melody, every
rap, every adlib, every shout, every beat, every drop, semuanya pas,
harmonis, dan seperti yang saya sebut di paragraf sebelumnya, berhasil
memberikan semangat dan rasa tertantang. Memberontak.
Koreografi: thumbs up. HUGE
transformation, dan Jisung akhirnya bisa menunjukkan keliarannya. Kalau
lagu ini keluar waktu saya masih SMP dulu mungkin saya bakal nyoba cover,
LOL.
Videografi: unik sekali. Sebenarnya
mereka pakai tema grafis box-number-letter (saya g tahu ini istilahnya apa)
yang sudah mainstream dan sebenarnya mulai terasa membosankan dalam konsep
visual minimalis. Namun, si pembuat video memadukannya dengan footage
dan komposisi visual yang ramai dan ruwet sehingga terasa fresh. Saya sangat
suka bagaimana mereka mengombinasikan efek slow dan fast motion
untuk menegaskan beberapa detail koreografi atau adegan di dalam video, truly
impactful. Sampai di sini saya belum menyebutkan timing, komposisi warna,
efek-efek transisi superwow, dan kombinasi teknik kamera variatif yang mereka
gunakan. This MV is truly an epic masterpiece. More than anything, dia berhasil
menguatkan konsep yang diusung oleh lagu tersebut.
Last but not least, saya mau ngeploki
stylist NCT DREAM karena telah menggunakan neon-tape untuk memberikan aksen
pada kostum mereka. Sungguh ini adalah cara yang sangat murah dan efektif untuk
mengupgrade penampilan dan memberikan kesatuan pada tim.
This is NCT’s best comeback ever.
MINSEO – “THE GRAND DREAMS”
Artist:
Minseo (민서)
Title: The Grand Dreams (멋진 꿈)
Title: The Grand Dreams (멋진 꿈)
Album:
(The Diary of Youth)
Released:
March 6th, 2018
Genre:
Folk Pop
Label:
MYSTIC Entertainment
Composer: Lee Min Soo
Composer: Lee Min Soo
Arranger:
Lee Min Soo
Lyrics: Kim Eana
Lyrics: Kim Eana
Pertemuan
saya dengan Minseo dimulai dari single “Yes” (좋아), sekuel dari single Yoon Jong Shin berjudul “Like It” (좋니) yang memuncaki berbagai tangga lagu
Korea pada pertengahan 2017. First impression saya terhadap Minseo
adalah, “vokal yang powerful, tapi terdengar effortless”. Dari
lagu tersebut, saya kira Minseo ini penyanyi ballad. Namun, setelah melihat
beberapa video covernya yang dirilis oleh Mystic Entertainment, ternyata
Minseo ini cukup “bright”. Ia sempat meng-cover lagu “Really Really” (WINNER), “Peek-A-Boo”
(Red Velvet), “DNA” (BTS) dalam format akustik. Dirilisnya “The Grand
Dreams” sebagai single debutnya mengukuhkan posisinya sebagai penyanyi Folk
Pop, yang to be honest, sangat Yoon Jong Shin, haha.
Dikutip dari kpopchat.net, lagu
ini bercerita tentang seorang wanita yang punya impian untuk merasakan
bagaimana rasanya saat jatuh cinta untuk pertama kalinya. Dalam music
videonya, Minseo tampil sangat polos dan ceria. Ketika saya akhirnya
memahami liriknya, saya senang tim produksi melepaskan unsur romansa (kehadiran
sosok laki-laki dan skinship pasangan kekasih) dari music video
tersebut. Dalam naungan tema besar “The Diary of Youth”, keputusan tersebut
terasa lebih bijak dan general lantaran saya sendiri sebagai seorang pemuda
yang seumuran dengan Minseo merasa belum cukup matang untuk menghadapi persoalan
kasih-mengasihi antara lawan jenis. Ya, kalau ngimpi doang boleh lah, wajar.
Makanya judulnya “The Grand Dreams”, wkwk.
Lagunya sendiri sangat apik dan manis.
Sangat relatable, sampai saya pengen nyanyiin lagu ini ke doi #eh wkwk.
Nadanya meliuk-liuk, berhasil menghighlight kemampuan vokal Minseo.
Cakep lah. And she deserves more intention, wahai penikmat musik! Let’s
support her!
J-HOPE – “DAYDREAM”
Artist:
J-Hope (Jung Ho Seok – 정호석)
Title:
Daydream (Baek-il-mong – 백일몽)
Album:
Hope World
Released:
March 1st, 2018
Genre:
Rap/HipHop
Label:
Big Hit Entertainment
Produser: J-Hope, Pdogg
Lyrics: J-Hope
Produser: J-Hope, Pdogg
Lyrics: J-Hope
J-Hope adalah salah satu member
Bangtan yang saya paling sukai karakternya. Unik, menyenangkan, tidak bisa
ditebak. Dia aneh sekaligus keren. Wkwk. Puncak kejatuhhatian saya pada J-Hope
sepertinya saat dia mendapat kesempatan mengisi intro album kedua BTS, “Wings”,
dengan track berjudul “Boys Meet Devil”. Di situ
pertama kalinya saya mencermati lirik rap yang ditulis oleh J-Hope (bersama
dengan RM dan Pdogg).
“Boys Meets Devil” bagi saya
punya makna yang sangat dalam. Untuk menulis dan menarikannya butuh penghayatan
yang menurut saya tidak bisa didapat hanya dari membayangkannya saja. J-Hope
pasti pernah mengalami sesuatu yang mendorongnya untuk menulis itu. Selain itu,
dibutuhkan pula pengamatan dan analisis yang mendalam mengenai respons diri
terhadap kejadian tersebut. Dengan kata lain, dibalik keanehan seorang Jung Ho
Seok, sebenarnya ia adalah seseorang yang sangat dewasa.
Lagu solo J-Hope di album yang sama, “MAMA” menjadi
favorit saya yang kedua. Beda dengan “Boys Meet Evil” yang “gelap”,
“MAMA” punya aura yang ceria, aura yang J-Hope Banget! So laid-back, and
I love those strange ad-lib sounds he made. Hanya didengarkan saja lagu
ini sudah asyik. Belakangan saya baru memperhatikan liriknya yang gak kalah
dalem dibanding lagu solo RM atau pun Suga. But on top of all that, saya
senang karena J-Hope memilih untuk menyampaikan pesannya dalam keceriaan. Dulu
saya merasa nama “J-Hope” itu rada wagu, tapi sekarang saya sangat senang
dengan bagaimana nama ini sudah melekat pada diri Jung Ho Seok dan menguatkan
karakternya yang mampu memberi energi positif pada orang lain.
Dirilisnya mixtape perdana
J-Hope semakin menguatkan karakternya ini. Saat pertama kali mendengar lagu
“Daydream”, sebenarnya saya rada bingung karena komposisi melodi dan style
raping yang baru pertama saya dengar (alias unik). Namun, liriknya berhasil
membuat saya stay lebih lama dan memutar lagu ini beberapa kali hingga
tanpa sadar saya pun akhirnya jatuh hati pada keunikan komposisi lagu ini.
Dikutip dari J-Hope sendiri dalam
sebuah siaran V-Live, berikut adalah makna “Daydream” bagi seorang Jung Ho
Seok:
“Dreams are mostly impossible to achieve, but this song talks about how I want to dream about the impossible. J-Hope is a person that is known to the public, and is a public figure. And with that title, there comes responsibilities and burdens. I understand those aspects of this position but it’s natural that Jung Hoseok as a person has his own needs as a human being. This song is about those desires. The topic itself could seem a little serious, that is a possibility. I thought so too at first. I thought that if I focused too much on the topic, the song would be a little too serious. So I kept the beat at a house tempo. And if I made the music kind of contrasting to the topic of the song, I thought that it would be a little more charming. Writing 'Daydream' really made me think a lot. It shows a lot of the untamed, raw charm in the music. And it’s really different from the tracks that came before this. Those two tracks are really about J-Hope and the tone and theme really scream me. On the other hand, this track is like my shadow."
Lagu ini terasa relatable bagi
saya apabila dikaitkan dengan konteks label diri saya sebagai mahasiswa
arsitektur. Seperti yang dibilang J-Hope, “And with that title, there
comes responsibilities and burdens”. Lama saya mencoba memastikan Ufi
sebagai seorang mahasiswa arsitektur dan calon arsitek, serta Ufi yang apa
adanya Ufi bisa berjalan beriringan. Namun, ternyata hal tersebut sulit
dilakukan, setidaknya di fase dan lingkungan saya sekarang di mana ekspektasi
mengenai keprofesian arsitektur yang saya miliki tidak sesuai dengan realita
dan tuntutannya. Mencoba mendapatkan “kebebasan” saya lagi, beberapa bulan
terakhir saya mencoba mewujudkan “daydreaming” saya menjadi kenyataan. Saya
memotong beban tugas dan kegiatan setiap harinya dan mulai merambah dunia yang sudah
lama ingin saya tekuni (lagi). Hasilnya, well, saya merasa lebih santai
sih. Dalam mengerjakan tugas akhir pun saya tidak merasakan tekanan setinggi
sebelumnya. Alasan untuk bahagia bertambah seiring dunia saya yang lain mulai
terbentuk diiringi pengetahuan dan teman baru yang saya dapatkan. “Melepaskan” Ufi sebagai mahasiswa arsitektur ternyata tidak terasa buruk-buruk amat, hehe.
Kalau aku melihat J-Hope
sekarang, dia dalam posisi masih dan sedang jatuh cinta dengan profesinya. Daydreaming
yang ia rasakan mungkin akumulasi dari rasa lelah karena rutinitas dan tuntutan
sebagai idol yang dipanuti masyarakat. It is indeed a shadow karena
sebenarnya ia sedang wadul, sedang mengeluh. Namun, bahwa dia bisa mengubahnya
jadi sebuah lagu yang asyik dan bisa menggugah orang lain, artinya J-hope
sebagai musisi / public figure dan Jung Ho Seok sebagai seorang manusia
biasa masih banyak beririsan dan saling membutuhkan secara positif #sotoy.
J-Hope sedang tidak pada kondisi harus melepas ke-idol-annya. Namun, dengan
ditulisnya lagu ini pula, artinya dia juga ada keinginan untuk itu, entah kapan
akan dia lakukan, dan itu gak papa. Aku tahu nanti dia perginya pasti
kalem-kalem aja, wkwk. Selagi mas J-Hope masih senang mah saya ikut senang aja
lah, support-support dikit dengan streaming lagu-lagunya.
Saya sendiri mungkin akan menemukan
lagi irisan-irisan diri saya dengan arsitektur yang saya senangi, secara
langsung maupun tidak. Sampai waktu itu tiba, saya kalem-kalem aja lah. Yang
penting tetap salat dan mengaji, menjauhi larangan Tuhan, juga baik ke
orang-orang kayak J-Hope :D
SUNWOO JUNG A – “FINE”
Title: Fine (남)
Album:
-
Released:
March 20th, 2018
Genre:
Ballad
Label:
Magic Strawberry Sound
Composer: Sunwoo Jung A
Composer: Sunwoo Jung A
Arranger:
Sunwoo Jung A
Lyrics: Sunwoo Jung A
Lyrics: Sunwoo Jung A
“Siapa sih Sunwoo Jung A?”
“Namanya gak biasa ih, empat konsonan gitu”
“Namanya gak biasa ih, empat konsonan gitu”
“Baru?”
Itulah pertama kali reaksi saya kala
mendengar nama musisi ini untuk pertama kalinya, sekitar beberapa bulan lalu,
saat ia merilis track duet bersama IU berjudul “Cat” yang
langsung saya sukai. Dari sana saya mulai paham bahwa Sunwoo Jung A ini adalah
musisi senior yang sudah malang melintang di industri musik Korea Selatan sejak
2006. Dia juga sudah pernah bekerja dengan banyak artis ternama seperti IU,
GD & TOP, 2NE1, Lee Hi, dan San E.
Sejak single “Cat” itu saya
jadi kepo eonni ini dan ngikutin sepak terjang beliau setelahnya, termasuk
single yang satu ini. Kemampuan mbak Sunwoo Jung A untuk menyampaikan perasaan
yang mendalam dalam sebuah lagu kembali ditunjukkan di lagu ini, gak
ketinggalan juga sentuhan artistik yang unik, yang jadi ciri khas karyanya.
Di single “Fine” ini saya terpukau
dengan kemisteriusan kedua music video yang berbeda tetapi saling
berhubungan. Sebenarnya saya gak terlalu ngerti sih maksud di baliknya, tapi
lebih seru membiarkan segalanya tetap membingungkan gak sih? Eak. Wkwk.
Udah gitu aja sih, hehe. Saya suka
dengan lagu ini lebih karena aspek musikalitasnya, jadi saya gak bisa bicara
banyak-banyak karena saya sendiri gak ahli di bidang itu, hehe. Eniwei, dari dua
versi yang ada, saya lebih suka versi akustiknya karena terdengar lebih genuine
dan lebih sedih :”(
Untuk yang mengenal Kpop dari lewat
idol-idolnya, mungkin memang gak familiar dengan Sunwoo Jung A. Namun, setelah
memperhatikan sejauh ini, saya ras Jung A eonni adalah musisi yang sangat
menjanjikan. Well, mungkin dia gak bisa menjamah berbagai tangga musik, tapi
aku yakin dia cukup karismatik untuk membuat kamu terhibur dan terpukau setiap
melihat penampilannya.
Support Sunwoo Jung A eonni!
PAYUNG TEDUH – “KERINDUAN”
Artist:
Payung Teduh
Title:
Kerinduan
Album:
Ruang Tunggu
Released:
December 19th, 2017
Genre:
Pop
Label:
Ivy League Music
Composer:
Moh. Istiqamah Djamad
Arranger:
Moh. Istiqamah Djamad
Lyrics: Moh. Istiqamah Djamad
Lyrics: Moh. Istiqamah Djamad
Saya kenal Payung Teduh berkat
rekomendasi teman kuliah. Dari situ mulai suka karena ya itu, mendayu-dayu,
kalem, dan liriknya dalem. Pernah tiga kali nonton gig mereka dan selalu merasa
ingin dan ingin lagi. Dirilisnya “Akad” tentunya bikin saya kaget karena gaya
musik dan diksi lirik yang agak beda, tapi toh dia tidak menghilangkan karakter
Payung Teduh yang kalem dan jujur. Dirilisnya album ini sesungguhnya adalah hal
yang saya tunggu-tunggu.
Namun, ternyata butuh sekitar tiga
bulan bagi saya untuk meredakan aroma over-rated single “Akad” yang
menyerbak dari album terbaru Payung Teduh ini. Mendengarkannya tepat setelah
dirilis membuat saya merasa agak risi. Ya, ini masalah preferensi pribadi saya
kok, tidak ada sangkut pautnya dengan kualitas album, mohon dimaafkan. Nyatanya,
Maret ini, ketika akhirnya saya “tegel” mendengarkan album ini, saya langsung
jatuh hati.
Sekaligus bersedih, karena Mas Is dan Mas
Comi sudah undur diri dari Payung Teduh. Hiks. Saya gak bisa bayangin lagu-lagu
di album baru ini dibawa ke panggung tanpa mereka berdua atau bahkan dibawakan
oleh mereka berdua tanpa dua yang lain. Oh… Namun, yasudah deh, itu pasti
pilihan yang sudah dipertimbangkan baik-baik.
Tentang album “Ruang Tunggu” sendiri,
secara keseluruhan dari segi warna musik memang agak berbeda dari album-album Payung
Teduh sebelumnya. Album Ruang Tunggu terasa lebih ngepop dan sedikit less-acoustic.
Namun, saya suka-suka aja dengan perubahan yang ada. Saya secara personal
sangat menikmati sentuhan gitar elektrik pada beberapa lagu seperti pada “Muram”,
“Muda”, dan “Kerinduan”. Terdengar sangat fresh dan legit.
Bagaimana kamu tidak excited melihat fusi epik dari dua hal berbeda yang
sama-sama kamu sukai? (Belakangan saya baru tahu Mas Is juga terinspirasi dari
band Sore. Maka tak heran saya semacam merasakan aura-aura “Paloh” kala
mendengar album ini)
Lagu “Kerinduan” menjadi favorit saya
karena struktur lagunya yang build-up (dengan penambahan instrument dan aransemen
yang makin kompleks) dan klimaksnya yang dapet banget. Liriknya menambah pilu
lagu ini, “Dengan nyanyian, dengan tarian, dengan segala rasa
yang sederhana, tersenyum pada duka yang dijaganya.”
Saya ingat betul Mas Is pernah
menyanyikan sepotong lagu ini saat manggung di Konser Teknik Satu di Jogja
tahun 2015 lalu. Itu semacam treat bagi penonton yang terus meneriakan “Lagi!
Lagi!” saat lagu terakhir usai dibawakan. Saya juga ingat betul penonton yang
mendengarkan semacam tersihir dengan alunan gitar dan suara Mas Is, juga
kepiluan yang dibawanya. Mendengar lagu ini di album Ruang Tunggu mungkin semacam hadiah
dari masa lalu untuk saya.
Oh ya, kapan hari saya buka-buka
kemasan album Ruang Tunggu milik kawan saya. Sebelumnya saya belum pernah mengenal
Payung taduh lewat sisi spiritualitasnya. Namun, setelah melihat kata pengantar
dan ucapan terima kasih dari Mas Is di album ini, saya merasa “Ruang Tunggu”
bisa menjadi sebuah kawan baik bagi muslim seperti saya yang meyakini bahwa
dunia ini sesungguhnya sekadar ampiran, alias ruang tunggu.
Argumen ini diperkuat dengan track ke-8 di album ini, “Kita Hanya
Sebentar”. Allahu akbar, tertegun saya saat menyadari garis merah dari
keseluruhan lagu di album ini.
Selesai ditulis pada 22 Mei 2018