Bismillaahirrahmaanirrahiim.
http://hercampus.com/ |
Ditolak SNMPTN itu sakitnya di mana-mana. Sedihnya baru habis setelah tiga hari nangis.
Ironis sekali pengumuman yang aku dapat waktu itu, H-1 wisuda, tepat saat kami sedang gladi resik. Besoknya aku resmi dilepas oleh sekolah dan resmi pula statusku sebagai pengangguran.
Panik. Panik. Panik.
Meski bahagia saat wisuda, hatiku tetap g tenang melihat aku belum diterima di perguruan tinggi mana pun. Belum lagi aku g pernah belajar secara khusus untuk tes masuk PTN.
Namun, bagaimanapun juga aku harus tetap berpikir logis. Kalau mau keterima ya aku harus berusaha.
Bermodal buku latihan SBMPTN pinjaman Yessika Agasa (yang sekarang di KU UGM), kupaksa-paksa diriku belajar. Panik tetap datang tapi selalu kuusahakan untuk kutolak, kudorong jauh-jauh. Jangan sampai ia menggerogiti hati dan pikiranku.
Terima kasih, berkat situasi ini aku menemukan kembali Tuhanku, Allah SWT. Hanya Ia yang mampu menyelamatkanku dari keterpurukan, hanya Ia yang mampu memberikan kekuatan dan ketabahan untuk menjalani masa-masa menegangkan itu.
Masa tegang juga jadi sedikit kendor berkat teman-teman seperjuangan yang sangat kucintai dan kubanggakan. Lots of love untuk Amy and Atika. Kalian warbiassaaa :*
Amy dan Atika |
Nah, sekarang masalah orang tua...
Awalnya aku malu sekali pada mereka. Aku merasa seperti anak tak berguna, gak bisa dibanggakan. Aku bahkan sempat takut untuk mendaftar Arsitektur lagi. Alhamdulillah mereka gak gimana-gimana soal pilihanku.
Namun, imbasnya di banyaknya PT yang harus aku coba masuki.
[ORIGINAL PLAN]
- SBMPTN:
1. SAPPK ITB
2. ARSITEKTUR UGM
3. TEKNIK ARSITEKTUR UNDIP
- SBMPTN:
1. SAPPK ITB
2. ARSITEKTUR UGM
3. TEKNIK ARSITEKTUR UNDIP
[IMPROVISASI]
- UM UGM
- UM STAN
- UM UGM
- UM STAN
Yang paling mlencong itu ya STAN. Notabene, keluarga kami bukan keluarga STANSENTRIS. Namun, mungkin karena sedang panik akhirnya aku daftar STAN, DIII Akuntansi...
Jangan ditanya, sebenarnya aku malas setengah mati. Ngurus pendaftarannya saja sudah sangat merepotkan. Namun, bagaimana lagi, aku sendiri g tahu bagaimana nasibku selanjutnya. Bermodal niatan bapak agar aku jadi pegawai yang baik setelah lulus dari sekolah tersebut, akhirnya kujalani juga prosesnya.
Secara berurutan, aku mengikuti SBMPTN, UM UGM, lalu UM STAN. Semuanya kujalani di Yogyakarta. Kota yang incredibly super hot, sampai aku kepanggang berkali-kali di mobil. Padahal jaraknya cuma 1 jam dari Magelang.
"Kayaknya aku gak kuat deh buk kalau suruh kuliah di Jogja," kataku selepas SBMPTN, ketika pikiran melayang pada Bandung, sarang Ganesha-ganesha muda. Tanpa kusadari kalimat itu nanti harus kutelan sendiri. Wkaks :v
Di samping sulitnya soal-soal yang harus kuhadapi dan repotnya bolak-balik Magelang-Jogja, aku menemukan banyak teman seperjuangan. Masih aku ingat wajah dan beberapa nama mereka. Waktu itu pun sempat kami bertukar nomor HP, tapi HPku rusak dan kontak mereka pun hilang. Aku berdoa semoga mereka mendapatkan kebahagiaan yang lebih dari yang dahulu mereka harapkan.
Hari berganti hari dan tiba saat pengumuman tes tahap awal STAN. Ternyata aku lulus. Alhamdulillah, meski bukan tujuan utama, aku tetap bahagia. Apalagi kalau melihat Bapak dan Ibu jadi lebih tenang.
Beberapa hari kemudian, tibalah waktunya untuk pengumuman SBMPTN. Banyak temanku yang takut membuka laman pengumuman, katanya trauma dengan warna merah yang muncul saat mereka ditolak SNMPTN, tapi entah kenapa aku biasa saja (meski gugup). Mungkin karena aku terlalu pasrah.
Kubuka laman pengumuman. Kemudian aku tertawa.
"Pak, Buk, aku keterima di UGM,"
"ALHAMDULILLAAAAAAAH" begitulah koor seisi rumah. Semua memberi selamat. Lega kurasa, meski sedih masih bergelayut, mengikis angan tentang Bandung dan ITB. LOL
Aku lebih bersyukur lagi karena aku akhirnya kuliah ARSITEKTUR. Benar kata Mas Doni, "Pilih 1 prodi, atau kamu bakal menyesal". Thank u so much :"))
Setelah itu, dimulailah perjalananku mendaftar ulang diriku sendiri di Kampus Biru yang terkenal itu. Wkaks :v
http://hoteldekatkampus.com |
Lalu bagaimana dengan STAN?
Well, itu chapter lain. Akan kuceritakan lain kali. Untuk sekarang, segini dulu.
Well, itu chapter lain. Akan kuceritakan lain kali. Untuk sekarang, segini dulu.
Mungkin rasanya gak penting, Namun, cermati dan resapi, karena kita tak harus selalu mengalami suatu ujian untuk memetik sebuah pelajaran.
Salam hangat dari Jogja :*