Sebelum kamu membaca tulisan ini, ada baiknya kamu baca dulu tulisan yang ini.
Kali ini aku akan cerita pengalamanku pasca diterima di Arsitektur UGM dan lolos seleksi tahap pertama UM STAN. Yaah, pastinya saat-saat itu adalah masa paling gokil kalau boleh dibilang.
Untuk diriku saat itu, diterima di program studi arsitektur merupakan sebuah berkah yang amat besar. Kalau sampai g keterima di prodi arsitektur itu kayak udah abis aja hidupku. Udah seneng lah. Nah, di sisi lain, kerabat diluar keluarga intiku itu sangat mendukung aku untuk melanjutkan tes STAN.
Alasannya:
[SATU] karena kepastian kerja kelak usai lulus dari institusi tersebut, apalagi dibandingkan dengan prodi arsitektur yang kalo orang awam lihat ya prospeknya biasa2 aja.
[DUA] karena belum ada dari keluarga kami yang bisa lolos STAN, so pastinya ini cukup remarkable untuk mereka.
[TIGA] yang ini dari bapak: "kalau kamu bisa jaga diri, jaga prinsip, siapa tahu kamu bisa kerja di KPK dan bantu negeri ini melawan korupsi"
Heuuu. Yang terakhir so sweet. Sekarang baru sadar bapakku bijak abis. Wkwk. Ya itu yang akhirnya jadi alasan yang cukup kuat bagiku untuk melanjutkan UM STAN. Selain karena ada paman yang baik banget beliin sepatu olahraga baru untuk latihan tes fisik :v
Kalau boleh beranalogi, ini kaya kalau aku makan ayam geprek cabe 8 yang sekarang sering kusantap. Setelah makan aku sukanya minum teh panas, sensasinya luar biasa, nylekit-nylekit gimanaa gitu, tapi nikmat. Lalu aku ditawari es teh. Ya begitulah.
Seperti yang aku bilang di atas, aku udah g pengen lagi nyoba-nyoba STAN. Dah. Cukup. Arsi UGM. Dah sesuai banget kan dengan niatan sejak awal. Biar sulit, biar g ada jaminan, tapi aku suka.
Di sisi lain aku g ngerti gimana mau nolak dorongan dari keluarga. Yaudah deh, berniat nglegani, sembari menjalani proses registrasi dan segalanya, aku sambi latihan fisik (lari-lari buluk di lapangan militer dekat rumah).
Kan aku kebagian WAWANCARA dan TES KEBUGARAN FISIK tgl 23 dan 24 Agustus 2014 tuh, bertepatan sama SOFTSKILL PALAPA hari kedua sama PENUTUPAN PALAPA, Yaudah deh aku mantep aja bolos. Padahal ada konsekuensi bakal ngulang tahun depan kalau presensinya bolong-bolong, apalagi untuk tes STAN. Tapi yasudah, jalani aja. Yang penting semua tugas PALAPA hingga hari terakhir sudah beres dan sudah kukumpulkan tanggal 22nya.
Btw aku juga bikin surat izin juga untuk tgl 23 24. Nah, sebelum akhinya aku buat surat izin ini, KEJUJURANku diuji. Gak sedikit teman-teman UGM pejuang STAN yang menuliskan sakit sebagai alasan keabsenannya. Duh, sedih, dulu aku mikirnya cuma itu g bener aja. Kalau dipikir sekarang ya, mereka ngebet mau masuk STAN, doanya g pernah absen setiap habis salat, tapi metodenya g berkah :"(
Ya intinya aku g mau ikut-ikutan. Aku tulis saja aku mau tes STAN. Serba salah juga sih karena sesungguhnya aku g terlalu menginginkannya, tapi polpolan gitu. Namun, sekarang setelah dipikir lagi ya dulu aku cuma pengen istiqomah aja. Aku ingin semuanya berkah, semua diridahi Allah, agar nanti lolos tidaknya itu sungguh semua karena Allah. Bismillah.
Ketika tiba tanggal 23, aku berangkat dari kosan diantar bapak ibu ke tempat tesnya di Kalasan. Cukup surprise aku ketemu banyak temen lama zaman smp. Wgwgwg. Ya, tentu mereka terlihat sangat niat, beda denganku yang merasa useless berada di situ. Wgwgwg. Ya begitulah. Tapi ya ku jalani saja. (Kalau dipikir simpel tu aku g paham kenapa aku mau menjalani semua itu -..-)
Pas mulai diminta ngisi kuesioner mengenai kepribadian ya aku isi aja apa adanya. Alhamdulillah saat itu aku sedang optimis2nya, sedang berani2nya, sedang nekad2nya, ya aku isi sewoles mungkin, semau hatiku, seluas pikiranku bisa meraih jawaban untuk setiap persoalan.
Ketika akhirnya aku masuk ke sesi wawancara yang sesungguhnya, sifat wolesku g lepas. Memang kuniatkan untuk tidak kulepas. Ibu-ibu berjilbab di hadapanku, yg g kukenal sama sekali itu, malah jadi pelampiasanku. Recorder dinyalakan, dan tatkala peserta lain bilang mereka pengen banget masuk STAN sampai ada yang nangis, aku bilang aku mau di Arsi UGM, aku di sini karena keluarga meminta, kalau aku masuk kualifikasi untuk diterima, berikan ke orang lain aja yang lebih ingin. Ya kurang lebih itu intinya (dari seluruh obrolan yang cukup panjang dan cukup bervariatif topiknya). Hmm, sumpah sombong banget aku sama STAN -..- Tapi ya mau gimana lagi. Aku g dapet feelnyaaaa. Kalau aku faking malah berabe nanti :"
Kesombonganku ditantang sama ibu-ibu yang mewawancaraiku itu. Ketika recorder dimatikan, after all the things i've said to her, ibu itu berkata, "Saya sekarang dosen STAN, saya lulusan STAN, dan sebelumnya saya juga diterima di Arsitektur UGM,"
...
Oukaaaaay O.O
What a coincident?
Yaudah sih, aku sendiri bingung harus menyikapi bagaimana. Oke bu, saya undur diri,"Terima kasih,"
HMM, dan begitulah tgl 23 Agustus 2014 ku berlalu. Wgwg
Tanggal 24, meski sudah bilang kaya gitu sehari sebelumnya, aku tetap menjalani tes kebugaran dengan sepenuh hati. Mulai dari tes berat badan, tinggi badan, tensi, mata, lalala, seluruh tetek bengeknya, aku jalani semua semaksimal mungkin (bahkan aku lari dapat 6 putaran) meski merasa agak useless juga.
ya..
yaaa...
begitulah
Aneh ya? Agak absurd2 gimanaa gitu ya?
Hahaha, ya gitu :p
Dan g perlu ngecek lagi, sudah jelas namaku g ada di daftar peserta UM STAN yang lolos seleksi :p
Sekarang sudah setahun terlewat. Aku dinyatakan lolos PALAPA. Agak heran sebenarnya. Dengar-dengar ada problem di input data absensi :p Wallahualam
Apakah aku menyesali keputusanku untuk menolak STAN? Alhamdulillah belum pernah. Paling kadang cuma berandai-andai kalau aku jadi masuk STAN, sekarang aku lagi ngapain..
Well, kehidupan di Arsi g selamanya bahagia, tetapi di sini aku banyak belajar.
Jika kelak suatu hari aku menyesal, aku cukup perlu ingat lagi, aku sudah mempercayakan semuanya pada Allah, dan Allah tidak mungkin menghianati hambaNya.
Lagi-lagi manusia perlu komitmen. Setiap hal yang kita kerjakan punya konsekuensinya sendiri-diri. Ambil resiko, atau kamu cuma akan jadi seonggok makhluk yang kehilangan hakikatnya untuk berkarya.
Semoga Allah senantiasa menuntun kita di jalanNya yang lurus. Aamiin.
Kali ini aku akan cerita pengalamanku pasca diterima di Arsitektur UGM dan lolos seleksi tahap pertama UM STAN. Yaah, pastinya saat-saat itu adalah masa paling gokil kalau boleh dibilang.
Untuk diriku saat itu, diterima di program studi arsitektur merupakan sebuah berkah yang amat besar. Kalau sampai g keterima di prodi arsitektur itu kayak udah abis aja hidupku. Udah seneng lah. Nah, di sisi lain, kerabat diluar keluarga intiku itu sangat mendukung aku untuk melanjutkan tes STAN.
Alasannya:
[SATU] karena kepastian kerja kelak usai lulus dari institusi tersebut, apalagi dibandingkan dengan prodi arsitektur yang kalo orang awam lihat ya prospeknya biasa2 aja.
[DUA] karena belum ada dari keluarga kami yang bisa lolos STAN, so pastinya ini cukup remarkable untuk mereka.
[TIGA] yang ini dari bapak: "kalau kamu bisa jaga diri, jaga prinsip, siapa tahu kamu bisa kerja di KPK dan bantu negeri ini melawan korupsi"
Heuuu. Yang terakhir so sweet. Sekarang baru sadar bapakku bijak abis. Wkwk. Ya itu yang akhirnya jadi alasan yang cukup kuat bagiku untuk melanjutkan UM STAN. Selain karena ada paman yang baik banget beliin sepatu olahraga baru untuk latihan tes fisik :v
Kalau boleh beranalogi, ini kaya kalau aku makan ayam geprek cabe 8 yang sekarang sering kusantap. Setelah makan aku sukanya minum teh panas, sensasinya luar biasa, nylekit-nylekit gimanaa gitu, tapi nikmat. Lalu aku ditawari es teh. Ya begitulah.
Seperti yang aku bilang di atas, aku udah g pengen lagi nyoba-nyoba STAN. Dah. Cukup. Arsi UGM. Dah sesuai banget kan dengan niatan sejak awal. Biar sulit, biar g ada jaminan, tapi aku suka.
Di sisi lain aku g ngerti gimana mau nolak dorongan dari keluarga. Yaudah deh, berniat nglegani, sembari menjalani proses registrasi dan segalanya, aku sambi latihan fisik (lari-lari buluk di lapangan militer dekat rumah).
Kan aku kebagian WAWANCARA dan TES KEBUGARAN FISIK tgl 23 dan 24 Agustus 2014 tuh, bertepatan sama SOFTSKILL PALAPA hari kedua sama PENUTUPAN PALAPA, Yaudah deh aku mantep aja bolos. Padahal ada konsekuensi bakal ngulang tahun depan kalau presensinya bolong-bolong, apalagi untuk tes STAN. Tapi yasudah, jalani aja. Yang penting semua tugas PALAPA hingga hari terakhir sudah beres dan sudah kukumpulkan tanggal 22nya.
Btw aku juga bikin surat izin juga untuk tgl 23 24. Nah, sebelum akhinya aku buat surat izin ini, KEJUJURANku diuji. Gak sedikit teman-teman UGM pejuang STAN yang menuliskan sakit sebagai alasan keabsenannya. Duh, sedih, dulu aku mikirnya cuma itu g bener aja. Kalau dipikir sekarang ya, mereka ngebet mau masuk STAN, doanya g pernah absen setiap habis salat, tapi metodenya g berkah :"(
Ya intinya aku g mau ikut-ikutan. Aku tulis saja aku mau tes STAN. Serba salah juga sih karena sesungguhnya aku g terlalu menginginkannya, tapi polpolan gitu. Namun, sekarang setelah dipikir lagi ya dulu aku cuma pengen istiqomah aja. Aku ingin semuanya berkah, semua diridahi Allah, agar nanti lolos tidaknya itu sungguh semua karena Allah. Bismillah.
Ketika tiba tanggal 23, aku berangkat dari kosan diantar bapak ibu ke tempat tesnya di Kalasan. Cukup surprise aku ketemu banyak temen lama zaman smp. Wgwgwg. Ya, tentu mereka terlihat sangat niat, beda denganku yang merasa useless berada di situ. Wgwgwg. Ya begitulah. Tapi ya ku jalani saja. (Kalau dipikir simpel tu aku g paham kenapa aku mau menjalani semua itu -..-)
Pas mulai diminta ngisi kuesioner mengenai kepribadian ya aku isi aja apa adanya. Alhamdulillah saat itu aku sedang optimis2nya, sedang berani2nya, sedang nekad2nya, ya aku isi sewoles mungkin, semau hatiku, seluas pikiranku bisa meraih jawaban untuk setiap persoalan.
Ketika akhirnya aku masuk ke sesi wawancara yang sesungguhnya, sifat wolesku g lepas. Memang kuniatkan untuk tidak kulepas. Ibu-ibu berjilbab di hadapanku, yg g kukenal sama sekali itu, malah jadi pelampiasanku. Recorder dinyalakan, dan tatkala peserta lain bilang mereka pengen banget masuk STAN sampai ada yang nangis, aku bilang aku mau di Arsi UGM, aku di sini karena keluarga meminta, kalau aku masuk kualifikasi untuk diterima, berikan ke orang lain aja yang lebih ingin. Ya kurang lebih itu intinya (dari seluruh obrolan yang cukup panjang dan cukup bervariatif topiknya). Hmm, sumpah sombong banget aku sama STAN -..- Tapi ya mau gimana lagi. Aku g dapet feelnyaaaa. Kalau aku faking malah berabe nanti :"
Kesombonganku ditantang sama ibu-ibu yang mewawancaraiku itu. Ketika recorder dimatikan, after all the things i've said to her, ibu itu berkata, "Saya sekarang dosen STAN, saya lulusan STAN, dan sebelumnya saya juga diterima di Arsitektur UGM,"
...
Oukaaaaay O.O
What a coincident?
Yaudah sih, aku sendiri bingung harus menyikapi bagaimana. Oke bu, saya undur diri,"Terima kasih,"
HMM, dan begitulah tgl 23 Agustus 2014 ku berlalu. Wgwg
Tanggal 24, meski sudah bilang kaya gitu sehari sebelumnya, aku tetap menjalani tes kebugaran dengan sepenuh hati. Mulai dari tes berat badan, tinggi badan, tensi, mata, lalala, seluruh tetek bengeknya, aku jalani semua semaksimal mungkin (bahkan aku lari dapat 6 putaran) meski merasa agak useless juga.
ya..
yaaa...
begitulah
dan kamu tidak akan menemukanku di sini:
:v
Aneh ya? Agak absurd2 gimanaa gitu ya?
Hahaha, ya gitu :p
Dan g perlu ngecek lagi, sudah jelas namaku g ada di daftar peserta UM STAN yang lolos seleksi :p
Sekarang sudah setahun terlewat. Aku dinyatakan lolos PALAPA. Agak heran sebenarnya. Dengar-dengar ada problem di input data absensi :p Wallahualam
Apakah aku menyesali keputusanku untuk menolak STAN? Alhamdulillah belum pernah. Paling kadang cuma berandai-andai kalau aku jadi masuk STAN, sekarang aku lagi ngapain..
Well, kehidupan di Arsi g selamanya bahagia, tetapi di sini aku banyak belajar.
Jika kelak suatu hari aku menyesal, aku cukup perlu ingat lagi, aku sudah mempercayakan semuanya pada Allah, dan Allah tidak mungkin menghianati hambaNya.
Lagi-lagi manusia perlu komitmen. Setiap hal yang kita kerjakan punya konsekuensinya sendiri-diri. Ambil resiko, atau kamu cuma akan jadi seonggok makhluk yang kehilangan hakikatnya untuk berkarya.
Semoga Allah senantiasa menuntun kita di jalanNya yang lurus. Aamiin.
Magelang, 24 September 2015
Di suatu malam, sebelum deadline tugas Struktur dan Konstruksi 3